Pages

Rabu, 06 Februari 2013

MASALAH SAMPAH dan AIR BERSIH di INDONESIA BESERTA CONTOH PENANGGULANGANNYA


Masalah utama Jakarta dan isinya yang tak mungkin kunjung selesai dan selalu menjadi masalah utama dan permanen tak lain dan tak bukan adalah masalah sampah dan air bersih. Coba kita mundur satu langkah, sekarang kita lihat Indonesia. Ternyata bukan hanya Jakarta yang memiliki nasib permasalahan tersebut, Indonesia pun memiliki masalah yang sama. Menurut Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), Indonesia setidaknya butuh tempat penampungan sampah sekitar 122 buah sebesar Gelora Bung Karno (GBK) setiap tahun untuk menampung sampah yang tidak terangkut. Dan setidaknya lagi, volum sampah di Indonesia sekitar 1 juta meter kubik setiap harinya. Namun, baru 42% di antaranya yang terangkut dan diolah dengan baik. Jadi, sampah yang tidak diangkut setiap harinya sekitar 300.000 ton.
            Hal di atas baru menjelaskan sedikit fakta permasalahan sampah yang terjadi di bumi Indonesia ini. Mari kita maju satu langkah, sekarang kita lihat Jakarta. Bukan Jakarta, lebih tepatnya Bekasi, di daerah Bantargebang. Sebuah pemandangan yang luar biasa bisa kita lihat di sana. Sebuah pemandangan pegunungan sampah yang menakjubkan bisa kita nikmati di daerah tersebut. Ditambah dengan pemandangan para astronot yang bekerja di darat sebagai pahlawan kebersihan, mesin-mesin pengeruk dan penggaruk sampah, burung-burung gereja yang mencari makan, dan wangi yang mungkin membuat isi perut ini keluar beserta cairan kuningnya menjadi pemandangan unik di daerah ini. Unik namun miris.
            Setidaknya Jakarta memberikan paket sampah sebanyak 5.000 sampai 6.000 ton per hari ke daerah ini. Jenis sampah yang dibuang atau ditampung di daerah ini sangat bermacam-macam, mulai dari sampah plastik, kertas, dedaunan, hingga makanan. Memang benar, sampah plastik dan sampah-sampah yang di daur ulang lainnya mendatangkan kebahagiaan bagi para pemulung yang menggantungkan nasibnya dengan mengumpulkan dan menjual kembali sampah plastik ke pengumpul tetapi jika sampah yang datang dari berbagai macam daerah di sekitar Bantargebang terus meningkat dan tak sanggup lagi diuraikan maka pemandangan pegunungan sampah di Bantargebang bisa berubah menjadi sangat menyeramkan. Dan jika TPA Bantargebang tidak bisa menampung sampah yang semakin mengganas sampah dari daerah sekitarnya, khususnya Jakarta akan menerima dampak negatifnya.
Sama halnya dengan permasalahan air bersih di Indonesia. Setiap hari sebanyak 14.000 ton tinja manusia tidak pernah diolah karena masih ada 30% masyarakat yang buang air besar sembarangan di tempat terbuka. Jika dibayangkan, jumlah ini hampir sama dengan 7.000 gajah Sumatera dengan bobot tiga ton yang terbuat dari tinja dan menumpuki permukaan tanah Indonesia. Dan jika dilihat dari sejarahnya yang pasti kita semua ketahui, kotoran ini akan berkeliaran ke mana-mana, seperti ke selokan, sungai, danau, laut, dan bahkan melewati mata air.
Sistem perairan yang telah tercemar kotoran manusia ini menjadi masalah utama, namun tak banyak orang yang mengetahuinya.Sebuah universitas negeri di Jakarta telah melakukan percobaan dengan mengambil sampel air dari saluran air PDAM di Jakarta, fakta membuktikan bahwa terdapat bakteri Escherichia coli dan bakteri-bakteri penyebab diare lainnya dalam kandungan air tersebut. Sementara itu, hampir 75% badan air di seluruh Indonesia sudah dalam keadaan tercemar, di mana 60% sampai 80% diantaranya adalah hasil dari limbah rumah tangga dan sisanya dari industri.
Sekitar 76,3% dari 53 sungai di Jawa, Sumatera, Bali, dan Sulawesi telah tercemar limbah organik dan 11 sungai utama tercemar amonium. Padahal air dari sungai-sungai utama inilah yang kita pergunakan sebagai sumber air baku untuk air minum, sementara pemulihan kualitas air memerlukan biaya yang sangat mahal.
Akibat dari kondisi ini, dipastikan 1 dari 100 bayi yang lahir di Indonesia meninggal karena diare. Setiap hari, lebih dari 2 juta bayi lahir di Indonesia, berarti 20.000 bayi meninggal tiap tahun karena diare. Bukan hanya bayi-bayi di Indonesia saja yang menerima dampaknya. Kondisi ini juga berdampak pada prestasi siswa di bangku pendidikan. Rata-rata siswa tidak masuk sekolah antara 8-12 hari setiap tahun karena sakit. Selain prestasi yang menurun, siswa yang sakit juga menghilangkan produktivitas orang tua mereka yang sedang bekerja atau mencari nafkah. Rata-rata satu keluarga di Indonesia kehilangan pendapatan sebesar Rp 1,3 juta setiap tahun.
Seperti baru mendapatkan durian medan yang runtuh dari pohon bonsainya, PT Pertamina (Persero) telah mengembangkan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Bantargebang, Bekasi. PLTSa ini pada tahap awal akan memanfaatkan feedstock sebanyak 2.000 ton sampah per hari dengan kapasitas listrik terpasang sekitar 120 mw. Proyek ini akan menggunakan teknologi pengolahan biomassa municipal solid wastetopower yang modern, efisien, dan ramah lingkungan. Dan proyek ini akan berjalan dan berkembang beberapa tahun ke depan.
Berbeda dengan proyek penanggulangan penumpukan sampah, untuk menanggulangi masalah air bersih, pemerintah sedang gencar melakukan program Jambore Sanitasi. Program ini bertujuan untuk mengampanyekan perilaku peduli sanitasi melalui anak-anak sebagai agen perubahan. Jambore Sanitasi dilakukan di beberapa sekolah dasar di seluruh Indonesia dengan cakupan yang sangat luas. Para peserta akan dibekali dengan pengetahuan teknis tentang air limbah, drainase, dan persampahan. Untuk memaksimalkan program tersebut, para peserta yang akan diangkat menjadi Duta Sanitasi akanmengikuti pembekalan mengenai publicspeakingatau teknik presentasi, kreativitas, dan alat-alat komunikasi serta pengembangan kepribadian. Selain itu, peserta juga akan belajar mengenai praktek pengelolaan sanitasi berbasis komunitas dengan narasumber individu maupun organisasi pemerhati lingkungan.

Referensi:

m.kabarbumn.com/read-news-2-0-270-pertamina-bangun-energi-listrik-dari-sampah-di-bantar-gebang.html

Disusun oleh:

Muhammad Nasrulah Akbar – 2012

1 komentar:

  1. Sampah memang menjadi masalah yang cukup pelik di negeri kita ini. Bayangkan saja, di objek wisata semisal Pelabuhan Ratu saja sudah dipenuhi sampah. Seperti yang terungkap di sajian berita http://bit.ly/1ju4NCa . Dikutip dari sumber berita tersebut, Seketaris Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sukabumi, Jujun Junaeni mengaku bahwa sampah tersebut berasal dari sungai2 kecil yang ada di sekitar pantai dan limbah dari masyarakat serta restauran yg ada di bibir pantai. Dalam hal mengatasinya, saya rasa yang diperlukan adalah kedisiplin dan kebersamaan.

    BalasHapus